Jumat, 11 Januari 2013

evolusi bakteri

Posted by bombom On 15.49 | No comments
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mitokondria adalah satu organel sel yang berfungsi melakukan oksidasi. Energi yang dihasilkan dari hasil oksidasi tersebut digunakan untuk mensintesis ATP. Jumlah mitokondria dalam sebuah sel tergantung pada kebutuhannya akan energi. Mitokondria umumnya berbentuk lonjong. Mitokondria umumnya berbentuk lonjong tetapi sebenarnya bentuk eksternal mitokondria bervariasi. Organel tersebut seringkali ditemukan sebagai jaringan retikular. Meskipun demikian, organisasi struktur internalnya sangat terkonsevasi. Membran luar mitokondria halus sedangkan membran dalamnya sangat berlekuk-lekuk. Kompartemen dalam mitokonria mengandung substansi berupa gel yang kadar airnya kurang dari 50%, disebut matriks. Enzim-enzim terlarut untuk metabolisme oksidatif terdapat dalam konsentrasi tinggi pada matriks.
Membran luar berpori-pori sehingga dapat dilewati oleh banyak molekul. Sementara membran dalam sangat impermeabel dan memiliki banyak protein transpor spesifik yang menyebabkan molekul-molekul tertentu dapat keluar dari atau memasuki  matriks mitokondria. Impermeabilitas terkontrol dari membran dalam mitokondria menyebabkan adanya gradien ionik antara pada membran tersebut serta menghasilkan kompartementalisasi fungsi-fungsi metabolik sitosol dan mitokondria. Lekukan-lekukan di membran dalam, disebut krista, meningkatkan permukaan membran dalam. Permukaan dalam krista mengandung banyak sekali protein dan enzim yang diperlukan untuk fosforilasi oksidatif.
Mitokondria merupakan suatu organel khas yang memiliki sejumlah ciri yang tak dimiliki organel lainnya. Mitokondria memiliki materi genetiknya sendiri, meskipun sebagian besar informasi genetik bagi biogenesis dan fungsi mitokondria justru terletak di genom nukeus. Selain itu, mitokondria mengimpor protein-protein yang dispesifikasi oleh DNA dari nukleus, dan dalam beberapa kasus mengimpor pula RNA-RNA kecil, misalnya tRNA. Ciri-ciri yang dimiliki mitokondria ternyata mirip dengan sejumlah bakteri, dan hal itu menjadi bagian dari pemecahan terhadap pertanyaan mengenai asal-usul mitokondria.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana teori endosimbiosis menjelaskan evolusi pada mitokondria dan kloroplas?
2.      Bagaimana tipe-tipe dasar mitokondria?
C.    Tujuan  
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui teori endosimbiosis menjelaskan evolusi pada mitokondria dan kloroplas.
2.      Untuk mengetahui tipe-tipe dasar mitokondria.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori Endosimbiosis
 Lynn Margulis, seorang ahli mikrobiologi adalah orang yang pertama mencetuskan hipotesis endosimbiosis untuk menjelaskan asal-usul mitokondria. Saat ini, hipotesis itu telah diterima sebagai fakta dalam dunia sains, meskipun masih banyak aspek yang perlu diteliti mengenainya. Oleh karena itu, hipotesis tersebut telah dapat disebut sebagai teori. Pada dasarnya, teori endosimbiosis menyatakan bahwa organel-organel utama eukariota, yaitu mitokondria dan kloroplas, berasal dari simbion-simbion bakteri yang telah mengalami spesialisasi melalui koevolusi dengan sel inangnya. Hal itu dibuktikan oleh penelitian rRNA dan data-data molekular lainnya. Teori itu menjelaskan asal-usul mitokondria sebagai berikut: Beberapa sel purba dapat mengingesti (menelan) partikel-partikel makanan melalui invaginasi (pelekukan ke dalam) endositik dari membran plasmanya. Barangkali ada setidaknya sebuah sel  pencari makan berukuran besar dan mampu berfermentasi yang telah menelan satu atau lebih bakteri respirasi kecil, namun tidak dapat mencernanya. Endosimbion tersebut dapat bertahan hidup pada lingkungan yang kaya akan nutrisi dan dapat bersembunya dari sel predator. Sebaliknya, sel-sel inang pencari makan mendapatkan keuntungan energi dari respirasi oksidatif melebihi sel fermentasi. Keuntungan-keuntungan komplementer tersebut kemudian berevolusi menjadi sebuah hubungan simbiosis sampai kepada suatu titik dimana salah satu entitas lainnya. Proses penggabungan sel inang dan endosimbion-endosimbionnya tersebut diduga telah memunculkan mitokondria pada sel-sel eukariotik modem setidaknya 1,5 miliar tahun yang lalu.
Teori endosimbiosis pun dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai ciri yang dimiliki mitokondria, seperti yang diuraikan oleh Madigan at all (2000: 98-99) dan Stansfield dkk  (2003: 155):
1.      Mitokondria (dan juga kloroplas) mempunyai ukuran yang kira-kira mirip dengan bakteri.
2.      Genomnya terdapat di dalam sebuah molekul sirkuler kovalen tertutup tunggal tanpa histon seperti pada bakteri.
3.      Kedua molekul tersebut bereproduksi secara aseksual melalui pertumbuhan dan pembelahan organel yang menyerupai pembelahan biner. Sintesis mitkondria berlangsung secara otonom terhadap  nukleus dan sel, sehingga dalam satu sel dapat ditemukan banyak mitokondria.
4.      Mitokondria dan kloroplas memiliki ribosom sendiri. Ribosom yang terdapat pada kedua organel tersebut mempunyai bentuk dan ukuran yang serupa dengan bakteri. Ribosom, mitokondria, kloroplas, maupun prokariota berukuran 70S. Ribosom 70S merupakan ciri khas prokariota.
5.      Sintesis protein pada mitokondria dan kloroplas dihambat oleh berbagai antibiotik  yang menginaktivasi ribosom bakteri, namun hanya mempunyai efek yang kecil  pada ribosom sitoplasma eukariotik. Antibiotik-antibiotik tersebut bekerja dengan cara mengganggu fungsi ribosom 70S dan sintesis protein mitokondria kloroplas.
6.      Polipeptida yang baru dibentuk pada bakteri, mitokondria, dan kloroplas mempunyai N-formilmetionin pada ujung aminonya.
7.      Genom mitokondria dan kloroplas mengkodekan molekul tRNA dan rRNA bagi sistem-sistem sintesis protein sendiri.
8.      Kedua organel tersebut mempunyai membran ganda. Membran dalamnya menyerupai membranplasma endosimbion nenek moyang; sedangkan membran luarnya merepresentasikan membranplasma nenek moyang sel inang pencari makannya.  
Berkat perkembangan perkembangan yang pesat dari teknik-teknik biologi molekuler selama dua dasawarsa terakhir, para peneliti mampu melakukan sequencing terhadap gen-gen mitokondria yang digunakan untuk menelusuri evolusi mitokondria. Mitokondria sendiri digunakan untuk menelusuri evolusi organisme-organisme lain.
Sesuai dengan teori endosimbiosis, mitokondria telah kehilangan sebagian gennya dalam adaptasi bersamanya dengan sel inang. Proses adaptasi tersebut melibatkan transfer kebanyakan gen-gen pada bakteri endosimbion ke dalam nukleus sel inang. Proses transfer itu merupakan proses evolusioner yang terus berlangsung karena beberapa penelitian menunjukkan dalam masa yang relatif baru telah terjadi transfer informasi genetik pada beberapa jenis tumbuhan  dari mitokondria ke genom nukleus, termasuk gen-gen rantai respiratoris dan gen-gen protein ribosomal yang penting. Oleh karena itulah mitokondria hingga saat ini telah bergantung pada nukleus untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Meski demikian, kebanyakan molekul yang bermuatan negatif, termasuk diantaranya mRNA, tRNA, rRNA, dan beberapa protein, yang tidak dapat melewati membran dari organel harus tetap dikode oleh organel itu sendiri.
Akan tetapi, meskipun amat mirip dengan bakteri, mitokondria tidak memiliki flagela, silia, atau pun struktur-struktur lain yang diasosiasikan dengan motilitas bakteri. Selama bertahun-tahun, mekanisme pergerakan, distribusi dan tingkah laku mitokondria belum dapat dipahami. Hal tersebut  perlu dipelajari lebih mendalam untuk memahami cara distribusi dan pewarisan mitokondria.
2.2. Dua Tipe Dasar Mitokondria
Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam database informasi genetik mitokondria, mitokondria kini dapat dibedakan menjadi dua tipe dasar, yaitu ancestral  dan turunan (derived). Genom mitokondria yang memiliki sisa-sisa yang jelas dari nenek moyang eubakterianya. Pola ancestral tersebut dicirikan oleh:
1.      Keberadaan banyak gen yang tidak ditemukan pada DNA mitokondria (mt DNA) hewan;
2.      Gen-gen rRNA yang menyandikan rRNA 23S, 16S, dan 5S seperti yang dimiliki eubakteria;
3.      Set gen-gen tRNA yang lengkap atau hampir lengkap;
4.      Pengemasan informasi genetik secara ketat dalam genom yang sebagian besarnya hanya terdiri dari sekuens penyandi, tanpa ada intron ataupun jika hanya sedikit;
5.      Kluser-kluster gen yang mirip dengan dimiliki eubakteria;
6.      Suatu sandi genetik standar (universal).
Sementara, genom-genom mitokondria turunan adalah yang telah dimiliki perbedaan radikal dari pola ancestral tersebut, dengan hanya sedikit atau bahkan tiada sifat-sifat primitif yang tersisa. Selain itu, divergensi strukturalnya juga biasanya diiringi oleh mengerutnya ukuran keseluruhan genom. Yang tergolong ke dalam genom mitokondria turunan adalah mtDNA yang dimiliki hewan dan sebagian besar fungi, beitu pula halnya dengan mtDNA sejumlah alga hijau semisal Chlamidomonas dan apikompleksa semisal plasmodium. Evolusi dari genom-genom mitokondria turunan itu. Ditandai oleh beberapa hal, yaitu:
1.      Hilangnya gen secara ekstensif (baik gen-gen penyandi protein maupun tRNA);
2.      Divergensi mencolok dalam hal struktur DNA ribosom dan rRNA;
3.      Laju divergensi sekuens yang amat cepat (baik dalam gen-gen penyandi protein maupun tRNA);
4.      Strategi penggunaan kodon yang amat melenceng dari sandi standar (universal) pada gen-gen protein, bahkan ada yang melibatkan eliminasi kodon-kodon tertentu secara keseluruhan;
5.      Adanya penyandian kodon-kodon nonstandar, misalnya saja kodon UAA yang merupakan kodon stop
Sekuens-sekuens gen mitokondria yang telah diperoleh memungkinkan para peneliti melacak garis keturunan evolusioner mitokondria ke satu nenek moyang tunggal yang berkerabat dengan α proteobacteria. Saat ini, yang dianggap sebagai kerabat terdekat mitokondria yang telah diketahui adalah anggota-anggota dari sub divisi  rickettsial dari α proteobacteria. Sub divisi mencakup sejumlah genera, antara lain Rickettsia, Anaplasma, dan Ehrlichia. Sejauh ini bukti-bukti filogenetik yang diperoleh baik dari RNA SSU (16S) maupun protein mendukung pandangan bahwa semua genom mitokondria merupakan keturunan dari satu nenek moyang bersama protomitokondria. Dengan kata lain, genom mitokondria bersifat monofiletik yang berarti mitokondria hanya muncul sekali dalam garis evolusi lebih lanjut menjadi berbagai jenis mitokondria yang kita kenal sekarang.

Gambar 2.1. Filogenetic tree yang menunjukkan kekerabatan mahluk hidup.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan:
1.      Organel-organel utama eukariota, yaitu mitokondria dan kloroplas, berasal dari simbion-simbion bakteri yang telah mengalami spesialisasi melalui koevolusi dengan sel inangnya.
2.      Mitokondria dapat dibedakan menjadi dua tipe dasar, yaitu ancestral  dan turunan (derived).

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2161838-asal-dan-evolusi-awal. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012
http://achamad.staff.ipb.ac.id/2011/11/23/teori-endosimbiosis-serial-dalam-evolusi-eukariota. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012
http://library.um.ac.id/majalah/new-majalah/detail.php/detail-10247.php. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012
http://wong168.wordpress.com/2012/05/17/dna-mitokondria. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitokondria. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012
http://www.google.co.id/#hl=id&gs_nf=3&gs_rn=0&gs_ri=hp&pq=evolusi%20bateri&cp=34&gs_id=wm&xhr=t&q=evolusi+bateri+menjadi+mitokondria&pf=p&tbo=d&sclient=psy-ab&oq=evolusi+bateri+menjadi+mitokondria&gs. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012

Blogroll

About