Minggu, 25 Desember 2011

Posted by bombom On 13.30 | No comments
MENGAPA SISWA GAGAL
Setiap guru memiliki cara mengajar yang berbeda-beda sesuai dengan strategi dan bidang studi yang diajarkan. Salah satu contohnya adalah guru yang menerapkan strategi prosedur dan pemikir. Istilah prosedur untuk siswa yang hanya tertarik mendapatkan jawaban yang tepat pada satu soal, dan yang menggunakan aturan atau rumus secara kritis untuk mendapatkn jawaban itu; sementara istilah pemikir dipakai untuk siswa yang memikirkan makna dari apa yang sedang ia kerjakan. Siswa yang mementingkan jawaban yang tepat dan kemudian salah akan cepat menyerah dan putus asa, semata-mata karena dia tidak tahu lagi proses dan langkah mesti ia ambil. Berbeda dengan seorang produser, seorang pemikir biasanya lebih sabar dan tekun. Siswa yang cenderung produser selalu tergesa-gesa dalm mengambil keputusan sedangkan siswa yang pemikir akan lebi tenang dalam mengambil keputusan sehingga hal ini berpengaruh terhadap motivasi siswa tersebut.
Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang sangat vital dalam mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik kepada peserta didik. Bagaimanapun, berhasil atau tidaknya siswa dalam proses menimba ilmu, salah satunya dapat diukur dari peran para pendidik dalam mengejawantahkan metode mengajar. Pasalnya, metode mengajar merupakan aspek terpenting dalam proses daya tangkap siswa memahami materi pembelajaran.
Melalui bukunnya John Holt menawarkan gagasan-gagasan menarik tentang hakikat pembelajaran yang sangat relevan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Salah satu gagasan Holt yang menarik adalah pentingnya menjadi guru atau pendidik yang inspiratif bagi para peserta didik. Dalam analisisnya, kegagalan siswa memahami materi pembelajaran lebih disebabkan oleh kekeliruan penerapan metode dan tehnik mengajar. Seringkali para pendidik melupakan aspek terpenting dalam menerapkan metode pengajaran, yaitu memberi inspirasi bagi para siswa agar senantiasa memiliki spirit dan motivasi maju.
Ide kreatif John Holt berangkat dari kesimpulan atas pengamatannya sebagai guru sekolah, bahwa penghalang dari proses belajar anak-anak di sekolah adalah “rasa takut“. Rasa takut menjawab salah, rasa takut diolok-olok guru dan teman-teman sekelas, dan rasa takut bahwa mereka tidak cukup baik. Ini diperparah oleh paksaan untuk mempelajari hal-hal yang tak mereka minati.
Bagi Holt, metode pembelajaran yang efektif merupakan sebuah proses menemukan. Artinya, para pendidik harus menciptakan kondisi atau membuat penemuan proses pembelajaran yang efektif tanpa mengabaikan aspek waktu, kesenangan, kebebasan, dan ketiadaan tekanan terhadap peserta didik. Dalam proses menemukan metode pembelajaran yang efektif, para pendidik akan terlatih menjadi pengajar yang inspiratif bagi peserta didik. Sehingga para siswa dalam menjalani proses belajar lebih merasa nyaman dan senang.
Komentar :
Menurut saya berdasarkan penyataan yang dikemukakan oleh John holt di atas benar adanya. Seorang  guru haruslah mampu mamahami karakter dari setiap siswanya yang berbeda-beda. Guru harus fokus pada kondisi siswanya. Semakin banyak data dan informasi tentang siswanya, akan semakin muda guru masuk ke dalam dunianya. Guru harus senantiasa memandang setiap siswa adalah juara, mengajar dengan hati, mengartikan kemampuan siswanya dalam arti yang luas, dan menjadi sosok yang menyenangkan bagi siswanya. Sehingga siswa jauh dari rasa takut, bosan dan kegagalan. Selain itu guru adalah pemimpin di kelas guru mesti memberikan contoh yang baik kepada siswa di kelas. Ahklak guru memancar menjadi inspirasi pembentukan karakter siswa di kelasnya. Tak hanya itu guru, harus bisa memberikan motivasi bagi siswa di kelas. Contonya sosok ibu muslimah dalam laskar pelangi adalah contoh guru yang bijaksana. Ibu Muslimah bisa memberkan contoh teladan kepada murid-muridnya meskipun sekolahnya berada di pelosok pulau kecil. Padahal, sekolah yang menjadi tempat pengabdian Ibu Muslimah tidak memberikan fasilitas yang mendukung untuk proses pengajaran. Inilah peran lain seorang guru yang tidak bisa dilupakan.  Karena siswa yang bersekolah dan tiap hari di berikan ilmu pengetahuan dari para guru adalah manusia juga bukan robot.
Guru adalah ujung tombak dalam mengantarkan siswa menuju keberhasilan dan menciptakan manusia yang memiliki kualitas di masa mendatang. Seorang guru harus pula memiliki kualitas yang lebih baik dari siswa yang ia ajar. Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan bagi siswa agar siswa memiliki minat dan motivasi dalam belajar sehingga siswa terdorong untuk berkeinginan dalam belajar. Untuk menciptakan kondisi yang demikian tentu guru harus memiliki strategi dalam mewujudkan hal tersebut.
Guru harus menciptakan strategi yang tepat dan sesuai dengan gaya belajar siswa yakni membuat agar tugas-tugas yang akan diberikan pada siswa menjadi lebih menarik, menjadikan kelas lebih hidup dan menggairakan bagi para siswa. Guru tidak hanya bertugas membuat perencanaan atau strategi yang matang kemudian mengaplikasikannya di dalam kelas tapi guru juga harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Artinya guru harus memikirkan bagaimana cara agar siswa dapat belajar secara maksimal dan efektif.
 Guru tidak mesti selalu menggunakan strategi yang sama dalam setiap proses pembelajaran. Karena setiap siswa mempunyai semua kecerdasan sehingga metode pembelajaran jangan hanya dibatasi bagi seorang siswa. Guru terkadang membatasi satu strategi dalam mengajar, padahal kebenyakan siswa tidak menyukai strategi tersebut. Setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-masing. Jika gaya mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, pembelajaran tersebut akan berahasil : siswa memahami materi yang diberikan dengan target indikator hasil belajar akan tercapai. Maka guru harus menguasai beberapa strategi mengajar dalam proses pembelajaran agar siswa tidak hanya berhasil dari segi nilai (angka). Namun keberhasilan siswa dapat dilihat dari kebiasaan siswa menyelesaikan masalahnya sendiri (mandiri). Kedua kebiasaan siswa dalam menciptakan produk-produk baru yang punya nilai budaya (kreativitas).

BAB II
KETAKUTAN DAN KEGAGALAN

John Holt dalam bukunya memaparkan bahwa banyak siswa di sekolah mengalami katakutan dan kegagalan. Mereka gagal mengembangkan kemampuan mereka dalam belajar, memahami serta menciptakan, yang sudah dikaruniakan kepada mereka sejak lair, dan sebetulnya sudah sangat baik mereka kembangkan dalam tahun-tahun pertama keidupan mereka. Itu semua terjadi karena rasa takut, bosan dan bingung. Mereka takut mengecewakan banyak orang dewasa yang cenas di sekitar mereka, bosan karena bayak hal-hal yang mereka terima bersifat sepele dan kurang bermakna, serta bingung karena apa yang dikatakan kepada mereka hamper tidak memilik hubungan apapun dengan apa yang sungguh-sungguh mereka ketahui.
 John Holt dalam bukunya menulis tentang cara membuat siswa merasa aman baik dari para siswa lainnya  maupun dari para guru yaitu dengan tidak mengedepankan kekerasan secara fisik seperti tidak melontarkan ejekan kepada siswa yang tertinggal dalam pelajaran. kebanyakan para siswa para siswa di sekolah cenderung takut akan olok-olok dan ejekan dari rekan-rekan mereka serta olok-olok dari gururnya. Ada satu pengalaman dari John ketika ia mengajar siswa kelas lima, ia mencobah untuk mengubah hal itu. Tidak hanya karena ia mempunyai beberapa teori tentang bagaimana perubahan itu akan mempengaruhi cara  belajar siswanya. Hal ini ia lakukan karena ia menyukai para siswany dan senang berada di antara mereka. Selain itu karena ia tidak suka anak-anak yang berperilaku kasar dan tak senonoh. 
Komentar :
Siswa yang lemah biasanya takut pada guru mereka, sehingga seorang guru tidak boleh keras pada mereka. Pertama-tama ia harus menghapus ketakutan mereka. Ketika mereka merasa sedikit bebas dengan dia maka mereka akan belajar lebih banyhanya ketika ia mempersiapkan pelajaran dengan baik dan dia benar-benar tertarik dalam pekerjaan mengajar dan berasal kesenangan dari itu.
Guru harus berusaha untuk memotivasi siswa, karena motivasi adalah kekuatan pendorong yang membuat siswa bekerja keras. Dorongan dan rasa kemajuan yang memotivasi siswa. Dorongan dan kepercayaan membuka jalan bagi proses pembelajaran, sehingga guru membangkitkan kepercayaan pada murid-muridnya.
Guru digunakan sebagai kegiatan yang berbeda sebanyak mungkin di kelas. Ingat bahwa monoton menghasilkan rasa kantuk. Sering berubah aktivitas akan mengarah ke minat yang lebih besar; meninggalkan guru dengan masalah disiplin lebih sedikit.
Mengajukan pertanyaan di kelas adalah cara menarik perhatian para siswa. Ini adalah sebuah seni yang dipelajari setelah persiapan yang cermat dan dengan praktek yang terus menerus. Ini adalah teknik yang satu master setelah bekerja dengan itu sadar dan teratur dalam berbagai situasi ruang kelas. Jika back-bencher yang menguap, maka guru mengajukan pertanyaan kepadanya. Ini akan tidak diinginkan bagi guru untuk membuang waktu yang berharga pada mencoba untuk mendapatkan jawaban dari seorang mahasiswa yang tidak bisa menjawab. Sebagai aturan, pertanyaan harus dinilai tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Guru harus memberikan beberapa percaya diri untuk murid-muridnya dengan meminta mereka pertanyaan sederhana dan mudah. Sementara mengajukan pertanyaan, guru tidak menimbulkan penampilan keras.
Mengecilkan hati seorang siswa hanya membunuh langsung yang terbaik dalam dirinya. Cinta guru dan dorongan terhadap murid-muridnya akan memimpin mereka untuk sukses luar biasa. Guru harus ingat satu hal lagi yang dapat mendorong dan mengecilkan hanya dengan intonasi. Ada banyak perbedaan antara "TIDAK" dan "tidak". Siswa akan merasa kurang berkecil hati ketika memberikan jawaban yang salah, jika guru mengatakan "tidak" (sangat sopan). Siswa tidak akan merasa kecewa jika ia berkata, "ya, Anda benar, tapi saya pikir, jika Anda mengatakan seperti ini akan lebih benar".
Motivasi adalah kunci dalam proses pembelajaran. Seorang siswa yang tidak termotivasi untuk belajar adalah seperti radio dengan baterai datar. Anda dapat mencoba suatu saluran yang Anda suka di atasnya tetapi tidak akan menanggapi dengan cara apapun. Beberapa siswa yang tidak termotivasi dan guru memiliki untuk mengisi baterai mereka dan bahkan yang termotivasi membutuhkan dorongan. "Bunga" "tantangan" dan "kenikmatan" yang akan digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa untuk pelajaran. Dengan cara ini sebuah pelajaran yang direncanakan dengan baik akan menciptakan minat dan kenikmatan. Ketika siswa datang ke guru dengan beberapa masalah, maka ia harus mencoba memecahkan masalah mereka dengan cara yang paling simpatik. Guru harus mengasihi dan menghormati profesinya, mengambil minat dalam mempersiapkan pelajaran dan baik di depan jadwal. Ini akan membuat keyakinan besar tidak hanya di dalam Dia dan tapi dia benar-benar akan merasa kenikmatan dengan memberikan pelajaran.

BAB III
PEMBELAJARAN YANG NYATA

            John holt dalam bukunya menyatakan bahwa pembelajaran yang nyata adalah ketika belajar menyadari keadaan pikirannya sendiri serta tingkat pemahamannya sendiri. Terkadang guru melaksanakan suatu pembelajaran hanya terletk pada bagaimana membuat para siswa bertanya tentang apa yang tidak mereka pahami , melainkan terletak pada bagimana menyadarkan mereka tentang apa yang sudah dan belum mereka ketahui.
Menurut John terdapat prinsip yang perlu diingat yakni: (1) Anak-anak tidak perlu diajari agar mereka belajar, mereka akan banyak dan bahkan juga belajar paling baik tanpa diajari. (2) Anak-anak sangat tertarik dengan dunia orang dewasa dan apa yang kita lakukan di dalamnya.  (3) anaka-anak belajar palng baik ketika hal-hal yang mereka pelajari terkait dengan konteks hidup yang nyata; atau ini merupakan bagian dari apa yang disebut George Dennison dalam bukunya The Lves of Children sebagai “kontinum pengalaman”. (4) Anak-anak belajar paling baik ketika pembelajaran mereka berhubungan dengan tujuan yang segera dan serius.
John Holt mangatakan bahwa kita tidak bisa memliki pembelajaran yang nyata  di sekolah bila kita terus berpikir tugas dan hak kitalah mengatakan kepada anak-anak apa yang mesti mereka pelajari. Kita tidak bisa tahu, kapan pun, pengetahuan atau pemahaman seperti apa paling dbutuhkan seorang anak yang paling memperkuat dan paling sesuai dengan model realitasnya. Hanya anak itu sendirilah yang tahu. Mungkin dia tidak mengetahuinya dengan sangat baik juga, namun dia pasti mngetahunya seratus kali lebih baik daripada kita. Paling baik yang dapat kita lakukan ialah berusaha membantu dengan membiarkan dia tahu secara gars besar apa yang tersedia dan di mana dia dapat mencarinya. Memilih apa yang ingin dia pelajari dan apa yang tidak ingn di pelajari merupakan suatu yang harus dia lakukan sendiri.
John Holt menyatakan bahwa guru seharusnya menjadi inspirasi bagi setiap siswa yang  dapat membawa para siswa keluar dari berbagai masalah yang ia hadapi dalam proses belajarnya. Dari kemandekan berpikir menuju kecerahan untuk selalu belajar, berkreasi dan mencipta. Berawal dari inspirasi para pendidik, siswa diharapkan mampu memberi pelecut semangat bagi teman-teman untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.  Pakar pendidikan Hu Wen Chiang, juga mendengungkan pentingnya menjadi guru yang inspiratif. Menurut analisisnya, tipe guru yang paling ideal adalah guru yang mampu menjadi inspirasi bagi muridnya untuk maju. Itulah sebabnya inspirasi dari seorang guru sangat urgen untuk digalakkan oleh setiap pendidik. Karena, inspirasi dari seorang guru secara tidak langsung memiliki kekuatan yang mampu mengubah pola pikir siswa ke arah yang lebih baik. Tidak berlebihan bila peran seorang guru yang inspiratif merupakan faktor utama penggerak peradaban di ranah pendidikan.
Komentar :
Pembelajaran yang nyata adalah pembelajaran yang tidak hanya terfokus terhadap penyelesaian masalah-masalah pembelajaran secara teoritis akan tetapi konsep pembelajaran tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Sebagai contoh yang dapat lakukan, salah satu materi dalam biologi adalah Bioteknologi dalam materi ini salah satunya bagaimana pengolahan limbah, misalnya pengolahan limbah kertas dan waktu itu siswa langsung dilibatkan dilapangan bagaimana cara pengolahan limbah yang benar dan apa manfaatnya dalam lingkungan dengan pengalaman dan pengetahuan itu siswa dapat menerapkan dilingkungannya sendiri.

BAB IV
MENGAPA SEKOLAH GAGAL

Kegagalan sekolah disebabkan karena tenaga pendidik itu sendiri, beberapa kasus yang dikemukakan John Holt dalam bukunya bahwa, guru selalu berusaha untuk mengajari siswanya, dengan kata lain gurulah yang berusaha untuk mengendalikan pikiran siswanya yang semestinya siswalah yang berusaha untuk mengekspresikan hasil pikiran siswa sendiri. Selin itu, sekolah juga terlalu bergantung pada prinsip berapa banyak yang tampaknya diketahui oleh para siswa bukan berapa banyak yang telah diketahui oleh siswa, karena sekolah hanya berusaha untuk bagaimana dengan muda bisa lepas dari tanggungjawab bukan bagaimana materi pembelajaran yang dapat dikuasai oleh siswa.
Kegagalan ujian juga menjadi salah satu dari alasan mengapa sekolah gagal ? ujian yang dilaksanakan oleh sekolah kemungkinan membuat siswa merasa terancam sehingga mereka bukannya bekerja dengan lebih baik bahkan mungkin lebih buruk, ujian juga tidak mampu menunjukkan berapa banyak yang telah diketahui oleh anak-anak justru hanya menunjukkan kepada kita siapa saja anak yang tidak mengetahui apapun.
v  Komentar
Yang menjadi pengalaman saya disini ketika Ujian Nasional, siswa selalu dituntut untuk menjadi peserta ujian yang selalu sukses atau dengan kata lain harus lulus 100%, namun yang menjadi permasalahan disini beberapa orang guru tidak percaya apa yang dikerjakan oleh siswa tersebut sehingga beberapa guru slalu berusaha membantu siswa dalam menyelesaikan soal tersebut. Sebenarnya ini hal pembodohan. mengapa tidak? Guru sudah memberikan bimbingan yang cukup lama namun itu tidak bisa diukur tingkat keberhasilan dalam mengajar karena bantuan kunci jawaban tersebut. Ini sudah menjadi dilema bagi seorang guru, selalu mencari kebenaran dibalik kepalsuan.
Setelah hasil ujian diumumkan betul apa yang kita harap semua siswa lulus 100% akan tetapi saya pribadi tidak merasa puas dengan hal itu karena pengetahuan siswa berbanding terbalik dengan hasil evaluasinya, ini menjadi salah satu contoh gagalnya sekolah. :  Faktor utama yang mempengaruhi anak-anak menggunakan salah satu strategi belajar adalah guru. Lester Smith (1976;52) bersikukuh: "Practically everything we do in school tends to make children answer-centred" (Hampir semua hal yang kita lakukan 8 di sekolah cenderung membuat anak-anak menjadi answer-centred). Ada tiga alas an yang berhubungan dengan masalah ini. Pertama, jawaban yang benar selalu mendapat ganjaran. Sekolah merupakan semacam tempat pemujaan bagi jawaban yang benar, dan cara untuk maju adalah mempersembahkan sebanyak-banyaknya jawaban benar di meja pemujaan. Kedua, kebanyakan guru pun answer-centred.
Apa yang dilakukan guru adalah akibat apa yang telah diajarkan kepadanya, atau hal itulah yang selalu dilakukannya. Ketiga, bahkan guru yang tidak answer-centred pun mungkin tidak melihat perbedaan antara yang answer-centred dan yang problem-centred, apalagi mengerti betapa pentingnya hal itu. Jadi, cara mengajar siswa dan terutama substansi yang diberikan kepada anak-anak, akan mendorong mereka menggunakan strategi yang bersifat answer-centred.

Blogroll

About